Bukti Cintaku Padamu !!!

Assalamu'alaykum Wr. Wb.


Sering kita mengaku sebagai umat Muhammad, tapi sering pula kita meniggalkan ajaran-ajarannya. Sering kita mengaku mencintai Muhammad, tapi sering pula kita melakukan hal-hal yang tidak dicintainya. Sering kita mengaku ingin dekat dengan Muhammada, tapi sering pula kita malah menjauh darinya, baik sejak di dunia, maupun diakhirat kelak. Sering juga kita mengaku ingin benar-benar mengenal Muhammad, tapi dibandingkan dengan mempelajari sejarah beliau kita malah lebih suka menikmati kesenangan duniawi, yang justru bisa membuat kita semakin jauh dengannya

Cinta, kata Imam Al-Syafi’i, menggiring sesorang untuk mengikuti apapun titah sang kekasih. Dengan kata lain kita akan diperbudak oleh siapapun yang kita cintai. Bahkan nyawa ini seakan tidak berarti dibandingkan dengan keselamatan sang kekasih. Apapun rela kita korbankan asalkan sang kekasih bisa tersenyum bahagia. Persis seperti juga yang diungkapakan oleh Mahatma Ghandi, cinta tidak pernah meminta, cinta senantiasa memberi; cinta membawa penderitaan, tetapi cinta tak pernah membalas dendam. Dimana ada cinta, pasti disitu ada sebuah kehidupan. Tapi sebaliknya jika yang ada hanyalah rasa benci, pasti akan berakhir dengan kemusnahan.

        Apakah kita benar-benar mencintai Muhammad?
        Seberapa besar kedekatan kita dengan sang kekasih Allah, Muhammad?
        Sudah pantaskah kita disebut-sebut sebagai umat Muhammad?

Terkenang kecintaan Muhammad Saw., sang kekasih Allah, kepada umatnya ketika beliau sedang menghadapi sakratulmaut. Dalam sakit dan detik-detik menjelang wafatnya, sekejap sebelum ruhnya diangkat dengan lembut, terucap kata-kata dari mulut beliau yang menampakkan begitu hebatnya rasa cinta Muhammad kepada kita, yang sering mengaku sebagai umatnya, yang sering mengatakan “aku mencintaimu Muhammad”.

Begitu besar rasa cinta Muhammad kepada kita, yang bahkan menjelang wafatnya, kita masih saja disebut-sebut oleh beliau. Saat ‘Izrail harus melakukan tugasnya, saat ruhnya perlahan-lahan mulai diangkat. Tampak sekujur tubuh Rasul Saw. Bersimbah peluh, urat-urat leher yang mulai menegang. “Jibril, sungguh sakit sakratulmaut ini.” Rasulullah mengunduh lirih. Melihat hal itu, Jibril pun memalingkan muka, tak kuasa melihat sang Nabi merasakan sakit yang teramat dahsyat. “Jijikkah kau melihatku hingga kau memalingkan wajahmu, wahai Jibril?” Tanya Rasulullah Saw. kepada epada Jibril. “Siapa yang sanggup menyaksikan kekasih Allah direnggut ajal, sambil meregang sakit,” kata Jibril. Terdengarlah suara Rasul memekik karena rasa sakit yang amat dahsyat. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini. Berikan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku.”

Duhai kita semua…

Sanggupkah kita mencintai Muhammad, seperti cintanya kepada kita?

Muhammad Saw. adalah orang yang sangat lembut, bahkan terhadap umat yang lain sekalipun. Tapi kita justru seringkali bersikap kasar walau terhadap saudara kita sendiri. Muhammad Saw. adalah orang yang senantiasa memudahkan sesuatu hingga terucap dari mulut beliau, “Agama itu mudah.” Tetapi kita, bahkan terhadap diri sendiri, seringkali mempersulit diri untuk beragama, membuat sesuatu yang sulit menjadi terasa sulit, membuat suatu hal yang mudah bisa terasa begitu sulit.

Masih ingat tentang kisah pengemis yahudi? Kisah ini menceritakan tentang bagaimana Rasulullah Saw. menyuapi dengan lembut pengemis buta yang juga seorang yahudi. Bahkan, meski pengemis itu selalu mencaci maki nama Muhammad di hadapan beliau sendiri, tak pernah sekalipun beliau marah apalagi berbuat kasar kepada pengemis itu. Pengemis itu selalu mengatakan, “Wahai saudaraku! Jangan dekati Muhammad, dia itu penipu, dia itu orang gila, dia itu juga tukang sihir. Kalau kalian mendekat, pasti akan terpengaruh oleh Muhammad.”

Tanpa disadari pengemis itu, setiap pagi Rasulullah Saw. selalu mendatanginya sembari membawa makanan, dan tanpa sepatah kata apapun beliau langsung menyuapi si pengemis itu. Begitulah yang dilakukan Rasulullah Saw. hingga dia wafat. Setelah beliau wafat, tidak ada lagi seseorang yang membawakan makanan kepada pengemis yahudi buta tersebut. Hingga suatu hari Abu Bakar r.a. berkunjung ke rumah anaknya, A’isyah r.a. “Putriku, adakah sunnah-sunnah dari Rasulullah yang belum aku tunaikan?” Tanya Abu Bakar r.a. A’isyah pun menjawab, “Ayahanda, engkau adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah, dan hamper tidak ada satu sunnah pun yang tidak engkau kerjakan, kecuali satu sunnah saja.”

“Apakah itu?” Tanya Abu Bakar r.a. dengan terheran-heran. “Setiap pagi Rasulullah Saw. selalu mendatangi seorang pengemis yahudi tua di ujung pasar Madinah. Beliau selalu membawakan makanan dan menyuapi si pengemis tua tersebut.”

Keesokan harinya, Abu Bakar segera bergegas pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Ketika Abu Bakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis itu seketika marah-marah dan berkata lantang, “siapa kamu?”. Abu Bakar r.a. menjawab, “ Aku adalah orang yang setiap pagi menyuapimu.” “Bukan, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” jawab si pengemis buta itu. “Apabila ia mendatangiku, tidak usah tangan ini memegang dan tidak usah mulut ini mengunyah. Orang tersebut selalu menyuapiku dengan terlebih dahulu menghaluskan makanan tersebut dengan mulutnya. Setelah itu, ia berikan makanan tersebut.”

Abu Bakar r.a. langsung tak kuasa membendung air matanya yang seketika itu mengalir. Ia pun menangis sambil berkata kepada pengemis tua itu, “Aku memang bukan orang yang biasa mendatangimu. Aku ini adalah sahabatnya. Orang tersebut kini sudah tiada. Beliau adalah Muhammad, Rasulullah Saw.” Setelah mendengar cerita Abu Bakar r.a. giliran pengemis itu yang menangis sambil berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghina dan memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, malah ia mendatangiku dan selalu menyuapiku dengan lembut. Sungguh mulia engkau, wahai Muhammad.”

Allahumma shalli ‘alaa Muhammad…
Dalam setiap kesempatan, dalam suka maupun duka, marilah kita mengenal lebih dekat sosok Muhammad Saw. yang sesungguhnya. Mulai dari mempelajari sirahnya, melaksanakan ajaran-ajaranya, hingga menjadikan beliau sebagai satu-satunya idola bagi kita. Jika kita sudah mencintai kekasih-Nya, maka Allah pun senantiasa akan mengasihi kita.

Sekian, semoga bermanfaat…


Wassalamu'alaykum Wr. Wb.


Post a Comment

Notes from Admin :
- Berkomentarlah sesuai dengan isi artikel
- Tidak diperbolehkan Untuk Mempromosikan Barang Atau Berjualan
- Komentar dilarang mengandung konten sara, pornografi, kekerasan, pelecehan dan sejenisnya
- Bagi Komentar Yang Menautkan Link Aktif Dianggap Spam
- Silahkan Follow Blog ini 100% saya Akan Follow back

close