Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Bu Sundariati, atau
yang akrab disapa dengan panggilan Bu Sundari. Kehidupannya saat ini adalah
dengan membuka jasa laundry. Bu sundari dikaruniai 4 orang anak, yaitu suci,
alfi, zidan, dan izzah. Sehingga mereka lah yang menjadi pilihan ibu sundari untuk
membuka jasa laundry dibandingkan bekerja kepada orang sebagai pembantu rumah
tangga. Dituturkannya bahwa apabila bekerja sebagai ibu rumah tangga, bu
sundari tidak diijinkan untuk membawa anak kecil dikarenakan takut tidak
maksimal dalam bekerja. Hal demikian yang tidak diharapkannya, sebab Bu Sundari
paham betul akan kewajibannya dalam merawat putra-putrinya yang masih kecil.
Rumah Bu Sundari dengan ukuran kurang lebih 4x4 meter, mampu
menjadi sarana Bu Sundari beramal jariah setiap minggunya, meski di
tengah-tengah ekonominya yang masih dibawah rata-rata. Ia sangat senang saat
bisa berbagi dengan sesama. Menurutnya, apa yang ia miliki akan ia berikan dan
apa yang ia bisa pasti dilakukan. Karena Allah pasti membalas segala perbuatan
baik hamba-Nya. Rumah Bu Sundari adalah salah satu tempat yang digunakan untuk
kegiatan ABC (Aksi Belajar Ceria) BPU JMMI ITS di daerah Kejawan. Bu Sundari
juga sebagai koordinator BBQ (Belajar Baca Quran) di daerah Kejawan.
“Jadi memiliki kesempatan mengaji itu adalah hal yang sangat
berharga. Dan hari itu adalah hari yang ditunggu-tunggu. Wah besok ngaji rek,
udah sampai halaman sekian. Dan saat memulai mengaji, saya harus menjemput, dan
mengetok-ngetok pintu ibu-ibu yang lain untuk diajakin ngaji”. Tangkas Bu
Sundari menuturkan kewajibannya sebagai koordinator BBQ.
Usianya yang sudah lanjut tidak membuatnya patah semangat
untuk terus belajar mengaji. Rasa malu kepada anak ia singkirkan jauh-jauh.
Terkadang Bu Sundari dengan putra-putrinya saling belajar mengaji bersama. Semangat yang meletup-letup ini ia peroleh
dari pengalamannya yang lalu untuk dijadikan sebuah pelajaran berharga. Dengan
tegas bercampur rasa hiru, Bu Sundari menceritakan bagaimana ia bisa mengambil
sebuah keputusan berharga demi masa depan putra-putrinya.
“Saya belajar dari
pengalaman. Sejak kecil, anak saya sudah dibimbing untuk mengaji. Berbeda
dengan saya dulu yang dari sejak kecil sudah disuruh kerja, seperti disuruh mencari
air, mencari kayu bakar, dan memberi makan kambing. Dulu juga masih belom ada
lampu, sehingga masih memakai lampu templek. Setiap sore sekitar pukul setengah
6 sore harus menyalakan lampu templek. Jadi kesempatan mengajinya jadi tidak
ada. Dan dulu juga sangat jarang yang membuka kegiatan belajar mengaji, dan
walaupun ada tempatnya itu sangat jauh.
Saya tidak mengingikan anak saya bekerja untuk saat ini,
saya kasian, karena saya merasakan sendiri. Itu menyiksa diri saya sebagai
seorang anak saat ini. Karena saat itu rasa fitrah seorang anak untuk bermain
terhalangi karena harus bekerja. Hanya bisa bermain ketika semua pekerjaan
sudah selesai. Tapi kadang pekerjaan tersebut baru selesai menjelang sore,
sehingga yah kesempatan untuk bermain jadi tidak ada.
Ini sebagai pengalaman untuk saya, agar kedepannya dapat
mendidik anak dengan baik. Pentingnya pendidikan, saya terus suruh anak untuk
belajar. Dan apabila ada kegiatan, saya biarkan mereka ikut agar menambah
wawasan dan pengalaman. Jadi saya biarkan anak-anak untuk fokus belajar dulu,
dan bagaimana caranya anak saya sampai bisa lulus kuliah S1 kalo bisa. Tetapi
saya tetap yakin itu bisa. Dan memang kabarnya sekolah jaman ini sangat mahal.
Saya tetap optimis anak-anak saya bisa. Siapa tau dengan cara beasiswa atau
rezeki lain. Karena kalau sudah besar akan ada tanggung jawab sendiri. Oleh
karena itu anak saya disuruh pinter dulu.
Karena saya lulusan SD, saya bagian mengajari dek zidan, dan
kalau untuk dek seci dan alfi bapaknya yang mengajari, karna bapaknya lumayan
tau sebgai lulusan SMP. Jadi misalkan ada pelajaran yang anak saya tidak tahu,
dan saya dan bapaknya pun tidak bisa mengajarinya, saya akan meminta bantuan
kepada kakak-kakaknya untuk minta diajarkan. Dan saya juga les kan anak saya ke
luar, karena siapa tau mungkin kalo diajarin saya mereka gak ngerti, dan dengan
di les jadi ngerti. “
Dari kalimat yang terucapkan dari Bu Sundari diatas,
mengandung harap yang sangat besar untuk kesuksesan putra-putrinya.
Wassalamu'alaykum Wr. Wb.
15 comments
Semua ortu pasti ingin sekali melihat anaknya lebih maju dan sukses dibanding ortunya..
Replysalam admin satriyoku.blog
Nice story. Mrs. Sundari is cool!
ReplyEmang pendidikan itu penting, saya sangat kagum dengan bu Sundariati :)
ReplyJangan sampai desakan ekonomi mengorbankan hak anak untuk mendapatkan pendidikan (y)
ReplySemoga bu Sundariati diberikan kelancaran rezeki terus ya buat biayain pendidikan anaknya. Salut deh. :))
ReplyAnyway, baru pertama kali kesini nih. Salam kenal ya.
Iya mas, pendidikan harus tetap diutamakan :)
ReplySangat menyentuh hati sob :D
Replyditunggu folbeknya sob di pusatrik.blogspot.com
jadi terharu gan,,,
Replyhttp://alazthairku.blogspot.com/2015/01/cara-ampuh-mendapatkan-kartu-debit.html
tapi pendidikan tidak menjamin kesuksesan gan
ReplyAamiin semoga semuanya dimudahkan oleh Allah SWT...
ReplyMakasih ya udah mampir, salam kenal juga :D
Tapi hanya dengan pendidikan pola pikir kita bisa terarah menuntun ke masa depan yang kita inginkan gan :)
Replymaju terus bu sundari,, salut dengan semangatnya
Replyhebat neh ibu yg satu ini
ReplySubhanallah
ReplyJarang gan ada orang tua yang kayak gini (y)
ReplyPost a Comment
Notes from Admin :
- Berkomentarlah sesuai dengan isi artikel
- Tidak diperbolehkan Untuk Mempromosikan Barang Atau Berjualan
- Komentar dilarang mengandung konten sara, pornografi, kekerasan, pelecehan dan sejenisnya
- Bagi Komentar Yang Menautkan Link Aktif Dianggap Spam
- Silahkan Follow Blog ini 100% saya Akan Follow back